Kamis, 27 Juni 2013

KROMATOGRAFI


KROMATOGRAFI
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut di antara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas).
Fase diam (Stationary phase)
Fase diam merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses pemisahan dengan kromatografi, karena dengan adanya interaksi dengan fase diamlah terjadi perbedaan waktu retensi (tR) dan terpisahnya komponen senyawa analit. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porous (berpori) berbentuk molekul kecil atau cairan yang umumnya dilapiskan pada padatan pendukung.
Fase gerak (Mobile phase)
Fase gerak merupakan pembawa analit dapat bersifat inert maupun berinteraksi dengan analit tersebut.
JENIS-JENIS KROMATOGRAFI
 Berdasarkan fase gerak yang digunakan, kromatografi dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu gas chromatography dan liquid chromatography.
1. Kromatografi Gas
a. GLC (Gas Liquid Chromatography)
b. GSC (Gas Solid Chromatography)
                  
 

2. Kromatografi Cair
a. HPLC (High Performance Liguid Chromatography)
b. LLC-PC (Liquid Liquid Chromatography - Paper Chromatography)
c. LSC-TLC (Liquid Solid Chromatography - Thin Layer Chromatography), Kolom
d. Ion Excange
e. Ekslusi : - GP (Gel Permeation)
      - GF (Gel Filtration)


Liquid Liquid Chromatography (LLC)
LLC adalah kromatografi pembagian di mana partisi terjadi antara fase gerak dan fase diam yang kedua-duanya zat cair. Dalam hal ini fase diam tidak boleh larut dalam fase gerak.
Umumnya sebagai fase diam digunakan air dan sebagai fase gerak adalah pelarut organik. Misalnya pada kromatografi kertas, sebagai fase diam adalah air yang terserap pada serat selulosa dari kertas.
Liquid Solid Chromatography (LSC)   
LSC adalah kromatografi penyerapan. Sebagai adsorben digunakan silika gel, alumina, penyaring molekul atau gelas berpori dipak dalam sebuah kolom dimana komponen-komponen campuran dipisahkan dengan adanya fase gerak. Kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis (TLC) merupakan teknik pemisahan yang masuk golongan ini.
Ion-exchange chromatography
Teknik ini menggunakan zeolitas, resin organik atau anorganik sebagai penukar ion. Senyawa yang mempunyai ion-ion dengan afinitas yang berbeda terhadap resin yang digunakan dapat dipisahkan. Analisa asam-asam amino adalah yang umum dilakukan dengan cara ini. Contoh lain adalah asam-asam nukleat dan analisis garam-garam anorganik.
Exclusion chromatography
Dalam teknik ini, gel non ionik berpori banyak dengan ukuran yang sama digunakan untuk memisahkan campuran berdasarkan perbedaan ukuran molekulnya (BM).      
Molekul-molekul yang kecil akan memasuki pori-pori dari gel sedangkan molekul besar akan melewati sela-sela gel lebih cepat bila dibandingkan dengan molekul yang melewati pori-porinya. Jadi urutan elusi mula-mula adalah molekul yang lebih besar, molekul sedang, dan terakhir molekul yang paling kecil. Bila sebagai penyaring digunakan gel yang hidrofil (Sephadex) maka teknik ini disebut gel filtration chromatography dan bila digunakan gel yang hidrofob (polystyrene-divinylbenzene) disebut gel permeation chromatography.
Teknik kromatografi yang umum digunakan dibidang farmasi yaitu kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi gas, dan high performance liquid chromatography (kromatografi cair kinerja tinggi / KCKT).
Pemisahan dengan kromatografi
Pemisahan dengan kromatografi sendiri lebih baik daripada ekstraksi, karena sering diibaratkan dengan corong pisah yang saling berhubungan yang bergerak dari atas ke bawah dimana pada setiap corong pisah terjadi pemisahan. Selain itu permukaan antar fase pada kromatografi lebih besar. Waktu retensi (tR) adalah waktu yang diperlukan oleh analit dari awal kolom sampai ke detector. Semakin lama analit berinteraksi dengan fase diam –> semakin lama ia keluar –> tR semakin besar, sehingga ada suatu konstanta yang menyatakan kecepatan migrasi solut melalui fase diam. Kecepatan migrasi solut dipengarui oleh perbandingan distribusinya (Kd atau kadang disebut D) yang ditentukan oleh afinitas relatif solut pada fase diam dibanding fase gerak:
Kd = Kadar senyawa dalam fase diam/Kadar senyawa dalam fase gerak
Dari persamaan tersebut dapat ditarik kesimpulan kalo semakin besar harga Kd suatu senyawa maka waktu retensinya (tR) akan semakin besar karena interaksi dengan fase diam besar dan migrasinya semakin lambat.

 Parameter kinetika pemisahan

Faktor Selektifitas (α)
Selektifitas merupakan kemampuan instrumen dalam mengenali senyawa-senyawa dalam campuran. Untuk mendapat selektifitas yang maksimum maka harus dicari interaksi yang sesuai (apakah partisi, adsorpsi, size exclusion, atau ion exchange). Faktor selektifitas (α) dapat dicari dengan:
α = k2/k1 = (tR2-tm)/(tR1-tm)
Apabila kedua senyawa memiliki nilai K yang sama / α = 1 maka kedua senyawa tidak dapat dipisahkan. karena waktu retensinya identik.
Faktor Spesifisitas (Kd)
Sifat spesifisitas dari kromatografi didasarkan pada sifat dari senyawa yang spesifik. Senyawa memiliki sifat spesifik karena memiliki Kd yang spesifik.
Kapasitas Kolom (K’)
Menunjukkan kemampuan kolom menampung analit. Semakin lama analit berada dalam kolom, akan semakinb esar nilai kapasitasnya. Nilai K’ yang bagus antara 1-10. Jika k’ terlalu kecil, kemungkinan pemisahannya belum sempurna dan jika terlalu besar maka akan terjadi pelebaran puncak.
Resolusi (Rs)
Untuk taraf kepercayaan 95%, harga Rs yang baik adalah > 1,5. Jika kurang dari ini maka puncak dari masing2 analit akan saling tumpang tindih
Jumlah Lempeng Teoritis (Neff)
Merupakan parameter yang menghitung efisiensi kromatografi. Menyatakan jumlah peristiwa partisi yang dialami oleh analit pada setiap saat yang dibawa oleh fase gerak selama elusi.

Interaksi Analit dan Fase diam

Setelah tahu tentang konsep pemisahan nyambung kesini. Sebenarnya secara sederhana mekanisme pemisahan analit dibedakan menjadi 4, hal ini yang mengakibatkan perbedaan waktu retensi karena perbedaan interaksi analit dengan fase diamnya.
1. Adsorbsi
Fase diam: Padatan
Fase gerak: Cair (bisa juga gas pada Kromatografi padat-gas)
Dasar pemisahan: Stereokimia
2. Partisi
Fase diam: Cair
Fase gerak: Cair atau gas (pada kromatografi cair-gas)
Dasar pemisahan: Partisi-konsep like dissolves like
Untuk kromatografi jenis ini dasarnya adalah senyawa yang memiliki kemiripan sifat fisika kimia dengan fase diam akan tertambat lebih lama pada fase diam –> tR lebih besar
Sebagai contoh jika kita ingin memisahkan kafein dan parasetamol pada sampel obat flu (kaya praktikum HPLC hehe) dengan fase diam ODS (Oktadesil silika) yang nonpolar. maka parasetamol akan lebih dulu keluar dari kolom atau tR lebih kecil daripada kafein. karena Kafein sifatnya nonpolar dan lebih terlarut pada fase diam. sedangkan parasetamol bisa terlarut dikit tp cuma sebentar.
3.  Penukar ion (bahasa kerennya: ion exchange)
mekanisme pemisahan karena interaksi ionik antara fase diam dan solut. biasanya dipake di pabrik farmasi untuk bikin air bebas ion (sori lupa namanya haha). berdasarkan muatan yang dilapiskan pada fase diam, dapat dibagi 2:
a. Penukar anion: Fase diamnya muatan positif sehingga yang bermuatan negatif akan ketarik fase diam
b. Penukar kation: Fase diamnya bermuatan negatif sehingga yang bermuatan positif akan ketarik fase diam
4. Ekslusi ukuran (bahasa kerennya: Size Exclusion Chromatography)
Prinsip kerjanya pemisahan analit berdasarkan ukuran. Biasanya pake fase diam dengan pori berukuran tertentu.
Jadi ntar saat elusi, molekul yang kecil akan masuk ke pori fase diam. semakin kecil maka dapat masuk semakin dalam. sedangkan molekul yg besar dia g bisa masuk ke pori sehingga langsung terelusi. Kesimpulannya: Partikel dengan ukuran besar (BM besar) memiliki tR lebih kecil daripada partikel dengan ukuran kecil (BM kecil)

Rabu, 26 Juni 2013

SISTEM DIGESTIFUS

MAKALAH FISIOLOGI MANUSIA
SISTEM DIGESTIFUS


Disusun oleh:
ü Alifia Wisdayanti P (A 102.08.001)
ü Ambar Saraswati ( A 102.08.002)
ü Annas Prasetyaningrum (A 102.08.003)
ü Annisa Zaki DL (A 102.08.004)
ü April Ayu Budiati (A 102.08.005)

AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA
 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem Digestivus atau sistem gastro instestin, adalah sistem organ dalam mahluk hidup multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda.
Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus.
Pencernakan adalah proses perubahan makanan dari bentuk komplek menjadi bentuk sederhana atau dari bentuk kasar menjadi halus. Tujuan dari pencernakan adalah agar makanan mudah untuk diserap (absorpsi). Hasil pencernakan karbohidrat adalah monosakarida, protein adalah asam amino dan lemak adalah asam lemak.
Pencernakan dibedakan 2 macam:
1.      Pencernakan Fisika: yaitu pencernakan yang merupakan makanan dari bentuk besar menjadi kecil, yang terjadi hanya perubahan bentuk, tidak terjadi perubahan zat (tidak terbentuk zat yang baru), dilakukan oleh gigi.
2.      Pencernakan Kimiawi adalah pencernakan makanan dengan menggunakan enzim, mengubah makanan menjadi zat baru yang lebih sederhana.
                                                    
PERUBAHAN BENTUK MAKANAN
  1. Karbohidrat (polisakarida) menjadi disakarida kemudian dipecah lagi menjadi monosakarida (glucose, fructose dan galaktose)
  2. Lemak dipecah menjadi asam lemak
  3. Protein dipecah menjadi polipeptida, kemudian dipecah lagi menjadi asam amino

MASTIKASI
Mastikasi adalah proses mengunyah makanan, yang dilakukan oleh gigi menjadi bagian-bagian yang halus, kemudian dengan bantuan saliva dijadikan satu menjadi bulatan yang disebut bolus.


BAB II
PEMBAHASAN


 Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Sistem Pencernaan

Proses pencernaan melibatkan berbagai organ di dalam tubuh dari mulut sampai anus. Organ-organ tersebut kemudian membentuk system saluran cerna.

1.   Mulut dan Esofagus

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Saluran dari kelenjar liur di pipi, dibawah lidah dan dibawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut. Di dasar mulut terdapat lidah, yang berfungsi untuk merasakan dan mencampur makanan. Di belakang dan dibawah mulut terdapat tenggorokan (faring). Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan(incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan lainnya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan tertutup agar makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung.
Proses kimia dan fisiologi di dalam mulut. Air liur menghaluskan makanan dan menjadikannya lebih mudah ditelan. Air liur mengandung enzim, yaitu ptialin dan amilase liur. Enzim ini menghidrolisiskan kanji menja dimaltosa Lidah membuat gumpalan makanan menjadi bolus dan mendorongnya ke arah faring. Sewaktu menelan, lidah mendorong makanan ke belakang mulut dan selanjutnya ke esofagus. Langit-langit (Laring) menghalangi makanan untuk memasuki rongga nasal Makanan bergerak melalui esofagus secara peristaltik.

2. Esofagus(kerongkongan)

Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir. Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung. Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltic.
                                             
3. Gaster(lambung)                        

Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 4 bagian yaitu kardia, fundus, corpus(badan) dan pilorus. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : lendir, asam klorida (HCl), prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
                                                                                                         
4.   Duodenum, jejunum dan ileum

Dari Gaster makanan disalurkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter oddi) merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus. Beberapa centi pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili).
Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat gizi yang diserap. Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum. Bagian ini terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya. Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili dan mikrovili. Dinding usus terdapat pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Kepadatan dari isi usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus. Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan keasaman lambung. Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik. Pada usus kecil, menghasilkan enzim:
a.       Erepsin (peptidase) yang menghidrolisis peptida menjadi asid(asam) amino
b.      Maltase yang menghidrolisis maltosa menjadi glukosa
c.       Sukrase yang menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
d.      Laktase yang menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa

5.   Hepar, Pancreas dan Vesica velea

1.      Hepar
                                                    
Hepar merupakan organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang mempunyai banyak pembuluh darah kecil-kecil(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
Vena porta terbagi menjadi pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah dalam 2 cara: bakteri dan partikel asing lain diserap dari usus dan dibuang, berbagai zat gizi yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan oleh tubuh. Proses tersebut berlangsung dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati menghasilkan sekitar separuh dari seluruh kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari makanan. Sekitar 80% kolesterol yang dihasilkan di hati. Digunakan untuk membuat empedu. Hati juga menghasilkan empedu, yang disimpan di dalam kandung empedu.
                                           

2. Vesica velea

Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus communis.
Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum. Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam duodenum. Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi.
Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan makanan. Empedu memiliki 2 fungsi penting: membantu pencernaan dan penyerapan lemak, serta berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol. Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut:
- Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan.
- Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya.
- Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan.
- Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh.
- Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu.
                                                      
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di colon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.

3. Pancreas
                                                           
Terdiri dari 2 jaringan dasar:
·      Asinus, menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
·      Pulau Pankreas, menghasilkan hormon. Pakreas melepaskan enzim pencernaan ke dalm duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah.
                                                  
Enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui berbagai saluran ke dalam duktus pankreatikus. Duktus pankreatikus akan bergabung dengan saluran empedu pada sfingter oddi, dimana keduanya akan masuk ke dalam duodenum.
Colon (usus besar) terdiri dari: colon asendens (kanan), colon transversum, colon desendens (kiri), dan colon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung yangterletak di colon asendens pada perbatasan colon asendens dengan usus.
Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

6. Rectum dan anus.

Rectum merupakan ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah colon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada colon desendens. Jika colon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

MEKANISME SISTEM PENCERNAAN
                                                              
• Karbohidrat

Sebelum karbohidrat dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka karbohidrat harus dipecah menjadi persenyawaan yang lebih sederhana (monosakarida) untuk dapat melewati dinding usus halus, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh.



• Absorpsi Karbohidrat dalam Usus Halus

Karbohidrat diserap usus halus dalam bentuk monosakarida. Karbohidrat diserap melalui mekanisme pompa yang membutuhkan energi (ATP) dan perlu bantuan carrier ion Na (transporting agent).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan karbohidrat:

1. Hormon insulin yang akan meningkatkan transport glukosa ke dalam jaringan sel.
  Berarti juga mempertinggi penyerapan glukosa dalam jaringan , akibatnya akan mempercepat perubahan glukosa menjadi glikogen dalam hati.

2. Tiamin (vit B1), piridoksin, asam panthotenat, hormon tiroksin berperan besar dalam penyerapan dan metabolisme karbohidrat.
                                                              

• Protein

Absorbsi protein dalam usus halus sebagan besar protetein diabsorbsi dalam bentuk asam amino, proses ini terjadi sebagian besar dalam yeyunum. Asam amino (transport aktif) melewati sel epitel ppaa vili. Asam amino keluar dari sel epitel (difusi). Penyerapan sama dengan yang ditempuh monosakarida. Dalam waktu yang bersamaan dipeptida dan tripeptida dihidrolisis menjadi asam amino di dalam sel epitel (difusi)menuju kapiler darah dalam vili. Asam amino dari kapiler diangkut oleh darah menuju hati melalui sistem vena porta hepatica. Asam amino dibebaskan oleh hati menuju janung ke seluruh tubuh melalui aliran darah.


• Lipid
Pencernaan.

Sebagian besar pencernaan lemak terjadi di dalam usus halus. Langkah pertama, proses pengolahan asam lemak netral (trigliserida) yang terdapat meimpah pada makanan oleh garam-garam empedu. Garam-garam empadu memecah glubola lemak ke dalam bentuk droplet-droplet yang berdiameter 1 µm. Droplet bercampur dengan garam empedu membentuk gumpalan yang disebut micelles.
     Langkah kedua, enzim yang disekresi oleh getah pankreas yaitu pancreatic lipase menghidrolisis setiap molekul lemak menjadi asam lemak dan monogliserida yang merupakan produk akhir pencernaan lemak. Absorpsi Lipidsdalam Usus Halus  Absorpsi lipids terutama terjadi dalam jejenum (bagian tengah usus halus).




Gangguan Sistem Digestivus

Banyak faktor penyebab gangguan pada istem pencernaan, antara lain pola makanan yang salah, infeksi bakteri, atau karena adanya kelainan pada alat pencernaan makanan.
Beberapa gangguan tersebut antara lain sbb.

1). Karies

     Terjadi dlam ringga mulut pada gigi yang tidak terawat. Karies terjadi karena adanya penumpukan sisa makanan pada gigi yngg difermentasikan oleh bakteri menyebabkan lubang pada gigi.

2). Sariawan

          Diawali dengan timbulnya luka kecil dalam rongga mulut. Bil tidak segera disembuhkan, sariawan dapat mengganggu pencernaan makanan di dalam mulut. Pencegahannya dilakuakan dengan mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah yang cukup.

3). Apendisitis

Yaitu terjadi peradangan bagian apendiks ( umbai cacing ) karena infeksi bakteri.

4). Diare

Disebabkan oleh protozoa atau bakteri, sehingga terjadi gangguan penyerapan air di usus besar. Akibatnya, ampas makanan yang dikeluarkan berwujud cair.

5). Enteritis

Peradangan pada usus halus atau usus atau usus besar karena infeksi oleh bakteri.

6). Konstipasi atau sembelit

Gejalanya sulit buang air besar karena penyerapan air di kolon terlalu banyak

7). Ulkus ( radang lambung )

Peradangan pada dinding lambung akibat produksi asam lambung lebih banyak dari jumlah makanan yang masuk atau karena infeksi oleh bakteri.


8). Parotitis ( gondong )

Peradangan pada kelenjar parotis karena infeksi virus.

9). Kanker lambung

Penyakit ini disebabkan oleh konsumsi alcohol yang berlebihan, merokok, dan sering mengkonsumsi makanan berbahan pengawet.

10). Kolitis ( radang usus besar )
                                                                                                              
Gejalanya berupa diare, kram perut, atau konstipasi, bahkan dapat terjadi luka atau pendarahan di usus.

Pemeriksaan

Fisik

Pemeriksaan fisik mempunyai 4 tahap pemeriksaan, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Inspeksi. Pada pemeriksaan ini hanya untuk melihat kulit (warna, lesi, dan sikatrik), bentuk abdomen (cembung, cekung, rata) dsb.
Palpasi. Pada pemeriksaan ini, pasien diminta untuk menekuk lutut membentuk sudut 45-60 derajat agar otot abdomen teregang sehingga memudahkan pemeriksaan. Selanjutnya, dilakukan palpasi hepar, lien, ginjal dan pemeriksaan asites untuk mengetahui apakah ada kelainan dan rasa nyeri pada abdomen.
Perkusi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan batas-batas hepar, lien, dan organ abdomen lainnya agar dapat mengetahui apakah ada perbesaran organ atau tidak.
Auskultasi. Dalam pemeriksaan ini, kita dapat mendengar bunyi pada abdomen pasien, seperti normoperistaltik, hipoperistaltik, dan hiperperistaltik.
                                                                                                                             
PERGERAKAN USUS BESAR DAN REFLEKS DEFEKASI
Dalam keadaan normal kolon menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus setiap hari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah selesai di usus halus, isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna (misalnya selulosa), komponen empedu yang tidak diserap, dan sisa cairan. Kolon mengekstrasi H20 dan garam dari isi lumennya.
                                            
Fungsi utama kolon adalah (1) absorpsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk feses yang padat dan (2) penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian proksimal kolon terutama berhubungan dengan absorpsi, dan setengah bagian distal berhubungan dengan penyimpanan. Karena tidak diperlukan pergerakan kuat dari dinding kolon untuk fungsi-fungsi ini, maka pergerakan kolon secara normal berlangsung lambat. Meskipun lambat, pergerakannya masih mempunyai karakteristik yang serupa dengan pergerakan usus halus dan sekali lagi dapat dibagi menjadi gerakan mencampur dan gerakan mendorong.
                                   
Gerakan Mencampur – Haustra

Melalui cara yang sama dengan terjadinya gerak segmentasi dalam usus halus, konstriksi-konstriksi sirkular yang besar terjadi dalam usus besar. Pada setiap kontriksi ini, kira-kira 2,5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen kolon sampai hampir tersumbat. Pada saat yang sama, otot longitudinal kolon yang terkumpul menjadi tiga pita longitudinal yang disebut taenia coli, akan berkontraksi. Kontraksi gabungan dari pita otot sirkular dan longitudinal menyebabkan bagian usus besar yang tidak terangsang menonjol ke luar memberikan bentuk serupa-kantung yang disebut haustra.
Setiap haustra biasanya mencapai intensitas puncak dalam waktu sekitar 30 detik dan kemudian menghilang selama 60 detik berikutnya. Kadang-kadang kontraksi juga bergerak lambat menuju ke anus selama masa kontraksinya, terutama pada sekum dan kolon asenden, dan karena itu menyebabkan sejumlah kecil dorongan isi kolon ke depan. Beberapa menit kemudian, timbul kontraksi haustra yang baru pada daerah lain yang berdekatan. Oleh karena itu, bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan diputar seperti seseorang sedang mencampurkan bahan bangunan. Dengan cara ini, semua bahan feses bertahap bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan-cairan zat terlarut secara progresif diabsorpsi hingga hanya terdapat 80 sampai 200 mililiter feses yang dikeluarkan setiap hari.2
Karena gerakan kolon lambat, bakteri memiliki cukup waktu untuk tumbuh dan menumpuk di usus besar. Sebaliknya, di usus halus isi lumen biasanya bergerak cukup cepat, sehingga bakteri sulit tumbuh. Tidak semua bakteri yang termakan dapat dihancurkan oleh lisozim liur dan HCL lambung, sehingga bakteri yang dapat bertahan hidup dapat tumbuh subur di usus besar. Sebagian besar mikro-organisme di kolon tidak berbahaya apabila berada dilokasi ini.1


Gerakan Mendorong – Pergerakan Massa

Tiga sampai empat kali sehari, umumnya setelah makan, terjadi peningkatan nyata motilitas, yaitu terjadi kontraksi simultan segmen-segmen besar di kolon asendens dan transverse, sehingga dalam beberapa detik feses terdorong sepertiga sampai tiga perempat dari panjang kolon. Kontraksi-kontraksi masif yang diberi nama gerakan massa ( mass movement) ini, mendorong isi kolon kebagian distal usus besar, tempat isi tersebut disimpan sampai terjadi defekasi.
Sewaktu makanan masuk kelambung, terjadi gerakan massa di kolon yang terutama disebabkan oleh refleks gastrokolik, yang diperantai oleh gastrin dari lambung ke kolon dan oleh saraf otonom ekstrinsik. Pada banyak orang , refleks ini paling jelas setelah makanan pertama (pagi hari) dan sering diikuti oleh keinginan kuat untuk segera buang air besar. Dengan demikian, makanan baru memasuki saluran pencernaan, akan terpicu oleh refleks-refleks untuk memindahkan isi yang sudah ada ke bagian saluran cerna yang lebih distal dan member jalan bagi makanan baru tersebut. Refleks gastroileum memindahkan isi usus halus yang tersisa ke dalam usus besar, dan refleks gastrokolik mendorong isi kolon ke dalam rectum yang memicu refleks defekasi.

Refleks Defekasi

Sewaktu gerakan massa kolon mendorong isi kolon ke dalam rektum, terjadi peregangan rektum yang kemudian merangsang reseptor regang di dinding rectum dan memicu refleks defekasi.1 Satu dari refleks-refleks ini adalah refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di dalam rektum. Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut : Bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menibulkan gelombang peristaltik di dalam kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong feses ke arah anus. Sewaktu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus. Jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunter pada waktu yang bersamaan, terjadilah defekasi. Peregangan awal dinding rektum menimbulkan perasaan ingin buang air besar.
Apabila defekasi ditunda, dinding rektum yang semula teregang akan perlahan-lahan melemas dan keinginan untuk buang air besar mereda samapi gerakan massa berikutnya mendorong lebih banyak feses ke dalam rektum, yang kembali meregangkan rektum dan memicu refleks defekasi. Selama periode non-aktif, kedua sfingter anus tetap berkontraksi untuk memastikan tidak terjadi pengeluaran feses.
Refleks defekasi mienterik intrinsic yang berfungsi dengan sendirinya secara normal bersifat relatif lemah. Agar menjadi efektif dalam menimbulkan defekasi, refleks biasanya harus diperkuat oleh refleks defekasi jenis lain, suatu refleks defekasi parasimpatis yang melibatkan segmen sakral medulla spinalis. Bila ujung-ujung saraf dalam rektum dirangsang, sinyal-sinyal dihantarkan pertama ke dalam medulla spinalis dan kemudian secara refleks kembali kekolon desenden, sigmoid, rektum, dan anus melalui serabut-serabut saraf parasimpatis dalam nervus pelvikus. Sinyal-sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat gelombang peristaltic dan juga merelaksasikan sfingter ani internus, dengan demikian mengubah refleks defekasi mienterik instrinsik dari suatu usaha yang lemah menjadi suatu proses defekasi yang kuat, yang kadang efektif dalam mengosongkan usus besar sepanjang jalan dari fleksura splenikus kolon sampai ke anus.

FISIOLOGI DEFEKASI

Dalam defekasi ada dua refleks yaitu :
1.Refleks defekasi intrinsik   
2. Refleks defekasi Parasimpatis
               

1. Refleks defekasi intrinsik
Refleks ini berawal dari feses yang masukrektum yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus ingentikus dan terjadilah gerak peristaltik.Setelah feses tiba di anus secara sistematisspingter interna relaksasi maka terjadi defekasi.
                                                    
2. Refleks Defekasi Parasimpatis
Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf  rektum yang kemudian diteruskan kespinal coral, dan dari sini kemudian, ,dan rectum yang menyebabkan intensifnya peristaltik.Relaksasi spingter maka terjadilah defekasi.


PRODUK DEFEKASI

Produk dari defekasi ialah feses
Feses terdiri atas 75 % air dan 25% materi padat
Feses normal berwarna coklat
Baunya Khas
Konsistensi : lembek namun berbentuk
Defekasi disertai dengan pengeluaran gas
Gas terdiri dari CO2, metana, H2S, O2, N2

Faktor yang mempengaruhi defekasi:

1. Umur
2. Diet
3. Cairan
4. Faktor  psikologi
5. Gaya hidup
6. Obat-obatan
7. Prosedur diagnostik
8. Anastesi dan pembedahan
9. Nyeri
10. Iritan
11. Gangguan saraf sensorik dan motorik
12. Posisi saat defekasi
13. Kehamilan

DIARE   
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris = diarrhea) adalah sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Di negara berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya
Penyebab
Sebuah mikrograf elektron dari rotavirus, penyebab hampir 40% dari diare pada anak di bawah umur 5 tahun.
Kondisi ini dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (fructose, lactose), kelebihan vitamin C, dan mengonsumsi Buah-buahan tertentu. Biasanya disertai sakit perut dan seringkali mual dan muntah. Ada beberapa kondisi lain yang melibatkan tapi tidak semua gejala diare, dan definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram per hari.
Memakan makanan yang asam, pedas, atau bersantan sekaligus secara berlebihan dapat menyebabkan diare juga karena membuat usus kaget.
Hal ini terjadi ketika cairan yang tidak mencukupi diserap oleh usus besar. Sebagai bagian dari proses digestasi, atau karena masukan cairan, makanan tercampur dengan sejumlah besar air. Oleh karena itu makanan yang dicerna terdiri dari cairan sebelum mencapai usus besar. Usus besar menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang setengah padat. Bila usus besar rusak / radang, penyerapan tidak terjadi dan hasilnya adalah kotoran yang berair.
Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa perawatan.
Diare dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti disentri, kolera atau botulisme, dan juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis seperti penyakit Crohn. Meskipun penderita apendisitis umumnya tidak mengalami diare, diare menjadi gejala umum radang usus buntu.
Diare juga dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak cukup makan. jadi apabila mau mengkonsumsi alkohol lebih baik makan terlebih dahulu.
Gejala                                     
Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah. Tetapi gejala lainnya yang dapat timbul antara lain pegal pada punggung,dan perut sering berbunyi.














DAFTAR PUSTAKA
1.         Sherwood, Laura. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd Ed. Buku EGC 2001:537-087.
2.         Lee, JL. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. 6nd Ed. Buku EGC 2008.
3.         Medicastore. Biologi Sistem Pencernaan. Diunduh dari http://www.medicastore.com, 21 juni 2008.
4.         Nurman, A. Penatalaksanaan Pankreatitis Akut. 2000. Diunduh dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files_12/Penatalaksanaan_Pankreatitis_Akut_128/.pdf/12/Penatalaksanaan_Pankreatitis_Akut_128.html, 21 juni 2008.
5.         Farid, F. Hepar. November 2007. Diunduh dari http://fadlyansyah.blogspot.com/2007/11/pendahuluan-hepar-merupakan-kelenjar.html, 21 juni 2008.
6.         Medicastore. Pankreatitis akut. Juni 2008. Diunduh dari http://www.medicastore.com, 22 juni 2008.
7.         Medicastore. Fisiologi Saluran Cerna. Diunduh dari http://www.medicastore.com, 22 juni 2008.
8.         Medicastore. Beberapa Gangguan Saluran Cerna. Diunduh dari http://www.medicastore.com, 22 juni 2008.
9.         Erawati. Nyeri Ulu hati. 2001. Diunduh dari http://www.sinarharapan.com, 22 juni 2008
10.     Watson, R., 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, edisi 10, EGC, Jakarta

11.     Kahle, W., et all, 1991, Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia, EGC, Jakarta